30 Puisi Tentang Alam Keindahan Pegunungan Pedesaan dan Lingkungan

Puisi tentang alam adalah puisi yg bercerita mengenai aneka macam fenomena pada alam, Seperti pegunungan, pedesaan, pantai, laut, atau tentang alam yang rusak.

Puisi alam umumnya terdiri menurut berapa bait. Ada puisi yg hanya terdiri dari 2 bait, 3 bait, empat empat bait dan lima bait.

Keindahan alam selalu sebagai pesona bagi manusia. Keindahan alam mampu dipandang berdasarkan deburan ombak di Pantai, hamparan bahari yang indah, maupun hamparan sawah pada pedesaan.

Namun alam yg rusak sanggup menjadi penyebab bala bala. Seperti bencana banjir ataupun kekeringan.

1. Puisi Tentang Alam Pegunungan

Puisi ini merupakan puisi singkat mengenai pegunungan. Puisi alam gunung memang selalu ada. Sebab gunung merupakan keliru satu inspirasi terciptanya puisi.

Tinggi Menjulang

Tinggi menjulang dirimu

Bagaimana bentuk Awan Kelabu

Dari jauh bagai mengambang

Indah tergoda semua Insan.

Gunung yg sangat tinggi

Ingin sekali aku mendaki

Pasti kakiku letih

Jika nir terlatih.

Hamparan Di Tepi Gunung

Angin datang dan berdesir

Di pegunungan yg menyisir

Diantara hamparan sawah

Tempat petani mencari nafkah.

Alangkah indah hamparan sawah

berkelak-kelok amatlah megah

ingin badanku rebah

Menikmati segarnya udara.

Dua. Puisi Tentang Alam Yang Rusak

Alam yang indah bisa saja rusak karena ulah manusia. Seperti hutan yang lebar kini menjadi gundul. Sehingga akan mudah terkena banjir. Baca selanjutnya di puisi banjir.

Sungaiku Kenapa Kotor?

Air sungai terus mengalir

Sangat jernih & higienis

Ikan-ikan pun berenang

Bermain-main menggunakan bahagia.

Kenapa Sungai kotor kini

Banyak sampah di sana sini

Airnya pun sebagai keruh

Aromanya sebagai bau.

Hutanku Penjaga Desaku

Setiap musim hujan tiba

Ini hatiku berdebar-debar

takut ada datang bencana

Ke desa ku walau sementara waktu.

Kini banjir bandang menerjang

Lantaran telah hilang hutan

Pohon-pohon banyak ditebang

Hujan mencurah banjir pun tiba.

Tiga. Puisi Tentang Alam 4 Bait

Puisi tentang alam berikut ini merupakan puisi yang terdiri dari 4 bait. Puisi merupakan salah satu karya sastra yang memiliki ciri adanya bait.

Rindu Pada Pantai

Bait 1

Kepada pantai aku rindu

Bermain dengan ombak gelombang

Di pasir putih yang berbunyi

Bersama camar yg melayang.

Biat 2

Kepada perahu Aku rindu

Yang berdiam di tepi pantai

Milik nelayan yang berburu

Ikan-ikan pada tengah lautan.

Bait tiga

Kepada angin yg semilir

Aku rindu buat bermain

Menerpa paras rambutku

Sampai datang ketika senja.

Bait 4

Kepada Karang yg menjulang

Tegar selalu menghalau badai

Walau diterpa oleh gelombang

Tiada menangis dan berderai.

Sawahku Indah

Bait 1

Kupandang sawah luas terhampar

Di tepi gunung udara segar

Di desa ayah bundaku

Tempat aku dilahirkan.

Bait 2

Sawah latif dicermati mata

Warnanya bagai disepuh emas

Kurasa senang di jiwa

Kupandang pandang yang tidak mau tanggal.

Bait tiga

Sawah ini begitu latif

Semuanya merupakan pemberian

Dari Tuhan Yang Maha latif

Untuk kebahagiaan manusia.

Bait 4

Mari jaga indahnya alam

Jangan dirusak jangan dibiarkan

Jaga terus agar Lestari

Agar dinikmati generasi nanti.

4. Puisi Alam tiga Bait

Desaku Yang Kucinta

Bait 1

Desaku amatlah Permai

sawah terbentang luas

Tumbuhan semakin hijau

Alangkah segar pemandangan.

Bait 2

Burung-burung selalu berkicau

Di antara pepohonan

Bernyanyi riang gembira

Di pagi hari menyambut oleh mentari .

Bait tiga

Para petani pulang bekerja

Ke ladangnya atau ke sawah

Memetik sayur dan butir

Untuk dijual jauh ke kota.

Anak Pantai

Bait 1

Bermain saya di tepi pantai

Berkejar-kejaran dengan ombak

Melihat orang duduk bersantai

Menikmati indahnya alam.

Bait 2

Perahu terombang ambing

Disentuh oleh gelombang

Angin tiba bersemilir

Menyentuh wajah Karang.

Bait tiga

Berjemur di bawah Mentari

Di tepi pantai Aku bekerja

Kulit hitam terbakar

Tetapi bersyukur aku pada-Nya.

4. Puisi Alam dua Bait

Langit Membentang

Bait 1

Mentari bersinar terperinci

Cahayanya ke Mayapada

Langit cerah tidak membayang

bersih dari awan-awannya.

Bait 2

Betapa luas langit membentang

Tak memahami saya dimana ujungnya

Semua itu kreasi Tuhan

Agar kita mengenal keagungan-Nya.

Ombak Di Laut

Bait 1

Ombak samudera tiba berderai

membawa buih di tepi pantai

Menerjang batu karang

Pulang pulang ke lautan.

Bait 2

Ombak samudera selalu datang

walau cerah walau membadai

Berdebur tiada henti

Memecah alam yg sunyi.

Lima. Puisi Tentang Alam Pedesaan

Alam pedesaan selalu Permai. Melihat sawah dan sungai. Kebun kebun tumbuh fertile. Sawah dan padi begitu menghibur.

Alam Pedesaan

Turun Kabut tipis tipis

Di ketika pagi pada alam desa

Segar udara masuk ke dada

Rasa hening & Sentosa.

Angin menyentuh pucuk daun

menerpa pula pada bunga

Alam terlihat amat Permai

Mendamaikan segenap jiwa.

Anak Gembala

Di padang rumput itu

Anak Gembala sedang menjaga

Mengurus poly domba-domba

Hingga ketika datang senja.

Domba bermain menggunakan riang

Memakan rumput segar dan hijau

Tak terlihat resah Gelisah

Yang terdapat hanya tenang.

6. Puisi Alam Untuk Anak Sekolah Dasar

Belajar membuat puisi sudah kita mulai ketika duduk di kelas sekolah dasar. Biasanya membuat puisi dengan tema alam, keluarga, ataupun lainnya.

Misalnya puisi tentang kunang-kunang atau puisi tentang kupu-kupu. Karena anak-anak akan bahagia bermain di alam bebas.

Puisi  Kupu-Kupu

Aku lihat kupu-kupu

Bermain di taman bunga

Sayapnya berwarna biru

Dari sini terbang kesana.

Kupu-kupu terlihat riang

Bermain-main menggunakan kembang

Kesana kemari bagai penari

Selalu begitu di pagi hari.

Kunang-Kunang

Wahai kunang-kunang

Dari mana engkau tiba

Tubuhmu membawa Lampu

Menjadikan Malam begitu terperinci.

Kunang-kunang yg ku sayang

Ajari diriku Bagaimana terbang

Supaya saya bisa ikut denganmu

Menjelajah Kesunyian malam.

7. Puisi Alam Indonesia

Indonesia merupakan negara yang kaya raya dan pula latif. Indonesia mempunyai banyak kekayaan dan keindahan. Mulai berdasarkan pantainya, gunung, sawah, & lautannya.

Indonesiaku Indah

Indonesiaku amatlah indah

Pantai Gunung dan lembah

Terhampar luas antero Nusantara

Anugerah menurut Tuhan Yang Esa.

Gunung-gunung tinggi menjulang

Sawah-sawah luas terhampar

Pantai-pantai begitu latif

Lautan membentang tidak sudah sudah.

Indonesiaku amatlah indah

Bagaikan Zamrud Khatulistiwa

Kita seluruh harus menjaga

Agar Lestari alam kita.

Hutan Pinus Gunung

Di hutan pinus di Desaku

Ada udara yg begitu segar

Membuat diriku selalu rindu

Rindu di dada amat bergetar.

Hutan pinus melebur rindu

yang memanggil jiwaku

doaku moga lestari

alam latif nan berseri.

8. Puisi Tentang Air Terjun

Deras mengalir air jernih

jatuh membuncah pada bawah

suaramu merdu nyanyian alam

pecah sunyi penuh kemerduan.

Bergeranjas jatuh

Dengan cara yang paling Anggun

Suaramu menenangkan hati

Tarianmu menghias latif.

?

Sunyi

Kau berada ditengah kesepian

Jauh dari pemukiman

Selalu jadi Kerinduan

Dari jiwa setiap Insan

Kau mengalir menurut jauh

Di loka itu engkau jatuh

Dengan suara yang bergemuruh

Di kolam mini engkau berlabuh.

9. Indahnya Alam Lingkungan

Kita bisa membuat puisi tentang alam sekitar kita. Tidak harus tentang gunung, pantai, sungai, ataupun lautan. Tetapi kita bisa juga menuliskan puisi tentang alam sekitar kita, seperti pohon, kupu-kupu, lapangan tempat bermain, dan sejenisnya. Berikut ini adalah contoh tentang keindahan alam sekitar.

Pohon Tempat Kami

Di bawah rindang daun-daun

Diantara dahan-dahan

Di sana lah kami bermain

Bergembira beserta teman.

Pohon berdiri sudah usang

Sebelum kami lahir ke global

Menemani kita & cerita

Kenangan kami kelak dewasa.

Menyusur Sungai

Air mengalir padamu

Dari hulu sampai Hilir

Jauh sekali kamu mengalir.

Engkau memberi kehidupan

Untuk mengairi persawahan

Menyuburkan banyak sekali tanaman

Sebagai anugerah Tuhan.

10. Keindahan Alam

Pagi Pecah

Ketika pagi pecah

Langit pun mulai memerah

Pantai Cahaya Sang Fajar

Pagi hari yang bergetar

perlahan-huma Bangkitlah Surya

Menerangi Alam Raya

Menyemburatkan cahaya

Memberi hangat pada manusia insan.

Nyanyian Semesta

Dan angin pun bersemilir

Menyentuh ujung ilalang

Dan iapun menggeletar

Menjatuhkan bunga putihnya.

Padang ilalang pada ketika senja

Membawakan sebuah aroma

Ketika ditimpa cahaya senja

Terlihat betapa indahnya.

Alam Ciptaan Tuhan

Berkelipan bintang di langit

Menghiasi gelap malam

Memagari oleh Rembulan

bintang kecil amat alit.

Alangkah latif kreasi Tuhan

Menjadi hiasan bagi Insan

Agar bersujud pada-Nya

Mengagungkan seagung-agung-Nya.

11. Kasih Sayang Kepada Alam

Telah diberikan keindahan

Telah diberikan kemudahan

Untuk kita berdasarkan alam

Sesama makhluk ciptaan Tuhan.

Jangan kita menyakiti

Biarkan alam tumbuh berseri

Kepada makhluk Marilah sayang

Agar hidup selalu Harmoni.

Kasih Sayang Sesama Manusia

Apa gunanya iri dengki

Hanya membuat sakit hati

Kasih sayang itu lebih utama

Bermanfaat di alam sana.

Kasih sayang kepada sesama

Agar hayati tentram senang

Tolong menolong sebagai primer

Jiwa pun akan merasa Sentosa.

12. Puisi Fenomena Alam

Fenomena alam umumnya terjadi pada kurang lebih kita. Contohnya merupakan gunung meletus, Gempa bumi, atau banjir yg melanda.

Merapi Meletus

Suara menggelegar

Mengeluarkan awan putih

Cuaca menjadi panas

Saat engkau berubah ganas.

Gunung yg indah sekarang mengamuk

Menakutkan hati manusia

Keluar lahar

Hawa panas

Gunung hening sebagai garang.

Banjir Tak Pernah Usai

Di kotaku ini

Ada cerita yg tak pernah henti

Setiap kali musim penghujan

Rumah kami ikut terendam.

Hutan-hutan telah habis

Pertumbuhan makin terkikis

Air hujan tidak bisa disimpan

Hanya mengalir & menenggelamkan.

Mari kita melestarikan

Tanam lagi pepohonan

Agar terhindar menurut bencana

Ketika musim penghujan datang.

.

.

Gejala alam menandakan adanya sesuatu yg berhubungan dengan manusia. Kadang-kadang insan tidak menyadari bahwa bencana tadi lantaran ulah insan itu sendiri. Ada orang yang tidak pernah membuang sampah kecuali pada sungai. Ada pula yang merogoh laba berdasarkan hutan. Oleh karena itu Mari kita jaga kelestarian & estetika alami.

13. Bencana Gempa

Bumi pun bergetar

Rumah-rumah berderak

Manusia Limbung

Saat bencana gempa

Datang dengan tiba-tiba.

Apabila gempa sudah melanda

Rumah mewah bagaikan kertas

Runtuh semua seketika

Jangan tanah rumahpun homogen.

Gempa Bumi

Jika terjadi gempa bumi

Manusia panik karenanya

Yang terpikir keselamatan diri

Jangan sampai dia celaka.

Gempa bumi akan terjadi

Semakin banyak pada akhir zaman

Karena dosa-dosa Insani

Yang tidak taat kepada Tuhan.

14. Alam Hijau

Menikmati Semilir

Duduk aku di Gubuk Tua

Diantara bentangan sawah

Menghijau beliau warnai desa

Perasaanku begitu Sentosa

Alam Hijau pada pedesaan

Udara segar yang kita rasakan

Bersih jauh menurut debu debu

Harus disyukuri sepanjang ketika.

Aku duduk di Gubuk Tua

Memandang hijaunya sawah

Menikmati angin semilir

Memandang sungai mini yang mengalir.

Hijaunya Alamku

Alangkah indahnya alam

Menghijau luas membentang

Di sanalah ada kehidupan

Dari dahulu sampai sekarang.

Alamku hijau & Permai

Begitu indah dilihat mata

Penduduknya merasa damai

Menikmati pemberian berdasarkan-Nya.

15. Kerusakan Alam

Jeritan Alam

Hutan-hutanku kau babat

Suaku kau penuhi dengan polusi

Udaraku kau penuhi menggunakan polusi.

Mengapa Wahai Manusia

Engkau rusak diriku ini

Padahal segalanya sudah kuberikan

Dari hasil kekayaan ini.

Jagalah Alam

Dari lautanku,

Engkau mengambil ikan.

Dari sawah-sawah ku

Engkau merogoh padi.

Dari perut perutku,

Kau ambil emas pasir dan tembaga

Dari bersih udaraku

Engkau menggunakan nafas.

16. Pantun Jelajah Alam

Susur Sungai

Kususuri dengan kakiku

Sungai kecil yg berpasir

Dari ketinggian bukit

Hingga turun ke tanah lembah.

Betapa bahagia didalam jiwa

menjelajahi alam kreasi-Nya

Terasa besar Keagungan Tuhan

Sedangkan saya seorang hamba.

Rindu Hutan

Aku rindukan suasana hutan

Dengan aromanya yg tak dilupa

Suara terdengar menurut hewan

Memasuki hutan

Melalui Jalan Setapak

Ditemani burung-burung

Serta nyanyian margasatwa.

17. Rindu Alam

Aku merindukan lagi

menjelajahi Alam Hijau

Di suasana desa

dalam sawah yang berlumpur.

Lelah aku melihat tembok

Ingin ku lepaskan pandangan

Benda langit yang biru

Ditemani awan Gemawan.

Hujan Di Balik Jendela

Setiap kali hujan gerimis

Terdengar merdu suaranya

Menimpa atap tempat tinggal

Ketika itu di saat senja.

Aku duduk di pulang jendela

Menatap gerimis turun ke bumi

Di pada hati ada kehangatan

Sebab gerimis merupakan anugerah Tuhan.

Kutatap sendu dalam awan

Yang warnanya mulai kelabu

Mungkin saja hujan terselesaikan

Meninggalkan udara bersih.

18. Kutatap Pelangi

Jika gerimis turun berderai

Di bawah cahaya matahari

Mata hatiku pun berdenyai

Melihat rona-warni sang Pelangi.

Ia bagaikan mahkota

Di bentangan langit begitu indah

Warnanya benar-benar sangat tertata

Menghilangkan segala resah.

19. Kicau Burung Pagi Hari

Kicau burung di pagi hari

Amat riang mereka bernyanyi

Bermain-main pada pucuk Cempaka

Menemani datangnya Surya.

Burung yg jelita

Kulihat engkau begitu senang

Dalam hayati penuh Kemesraan

Engkau terbang bersama sahabat-teman.

20. Mendung Hitam

Sebelum turun hujan

Ada indikasi berdasarkan alam

Awan putih sudah berganti

Warnanya kini sebagai hitam.

Mendung hitam menggelayuti

Di pucuk langit pada atas bumi

Hujan turun sebagai anugerah

Menghidupkan tumbuhan Bumi.

21. Sungai

Jika aku minta di sungai

Kaki Bukit pada dekat gunung

Hatiku eksklusif terasa tenang

Pikiran pun mudah merenung.

Dari ketinggian

Air mengalir dengan Anggun

Mengirim cinta ke sawah-sawah

Menyenangkan hati para petani.

Sungai Ini begitu dingin

Airnya jernih begitu bening

Untuk diminum sang insan

Dijadikan kuliner buat yang lainnya.

23. Alam Pegunungan

Di gunung yang tinggi

Jalannya berkelok-kelok

Jauh sekali.

Turun dan mendaki

Jalan berkelok

Alam yang sunyi.

Kabut

Kabut turun di pagi hari

Bersama embun embun

Menyambut cahaya mentari

Menerpa daun-daun.

Kabut tipis melayah-layah

Di antara hutan pinus.

Kicau burung terdengar indah

Insan terpana bagai terbius.

24. Alam Negeriku

Pohon-pohon telah tumbuh

Dari zaman dahulu

Sebelum lahir kakekku

Alam Negeriku begitu kaya

Gunung sungai samudera dan lembah

Terbentang begitu saja amat latif.

25. Awan-Awan

Bertebaran ia di angkasa

Menghiasi langit yg biru

Kadang putih kadang kelabu

Memayungi Bumi Indahku.

Awan Gemawan sangat dagi

di atas sana selalu mengambang

Mengikuti angin kemana

Ke selatan ataupun ke Utara.

Kadang ia terlihat tipis

Di waktu senja yang memerah

Kadang Putih waktu gerimis

Atau saat cuaca cerah.

26. Purnama

Bila datang waktu Purnama

Kami bermandikan dengan cahaya

Berlari-lari di page tempat tinggal

Menikmati Purnama Raya.

Di depan tempat tinggal itu

duduk jua Ayah ibuku

Bercerita mereka berdua

Sambil memperhatikan kami seluruh.

Saat Purnama tiba

hati kami selalu ceria

Di tepi sungai rumah kami

Tempat terbaik menatap Purnama.

Angin Berkah

Apabila pagi pecah

Dari kapulasan tidurnya

Bagaikan seseorang putri

Disambut kabut serta embun.

Pagi ini pagi yang berkah

Ketika angin semilir

Dari samudera menuju lembah

Mengembara ke mana saja.

27. Embun Pagi

Embun telah turun

Semenjak malam tadi.

Menjadi kabut misteri

Tapi menyejukan hari.

Embun bening berseri

Kepada daun menghampiri

Padang rumput rumput pada kaki

Hilang bila datang Mentari.

28. Ketemukan Embun Pagi

Hanya embun pagi

Yang saya temui

Sebelum tiba Mentari

Menggantung dia di pucuk daun.

Embun hanya pada malam hari

Untuk menyejukkan alam ini

Agar Insan beristirahat

Dalam tidur yg lelap.

29. Setetes Embun

Walaupun tanah kering kerontang

Embun pagi tiba menyapa

Menetes jatuh ke atas bumi

Mengusir sedih & nestapa.

Embun bekerja di malam hari

Agar segar tumbuhan

Walau tidak terdapat orang memperhatikan

Setiap malam beliau akan tiba.

30. Segar

Telah ku jumpai daun daunku,

Yang siang tersebut hampir layu

Kini dia segar pulang

Sebab disentuh embun pagi.

Bunga bunga ini mengembang

Daun-daun membuka lebar

Saat tersentuh Mentari

Embun hilang & pulang.

31. Puisi Ombak Laut Biru

Tiada henti beliau berderai

Bergelombang berdasarkan lautan

Datang menyentuh bibir pantai

Suara berdebur memecah kesunyian.

Pasir Putih menyambut riang

Mempersilahkan ombak datang

Begitu juga menggunakan batu karang

Bersama camar yg melayang.

32. Pantai Pangandaran

Dari dahulu engkau terkenal

Dengan ombaknya yg begitu besar

Menerjang kapal-kapal nelayan

Menggulung buih pada tepi pantai.

Ombak menari-nari

Terpesona mata yg memandang

Suaramu sepanjang hari

Bagaikan sebuah nyanyian.

33. Puisi Alam Pegunungan

Diliputi Kabut tipis

Bagaikan tempat penuh rahasia

Kau terlihat pada pagi hari

Dampak hilang pada waktu siang.

Dari jauh engkau terlihat

Tumbuh menjulang ke angkasa

Meninggalkanmu terasa berat

Jatuh cinta dalam keindahannya.

34. Pemandangan Pedesaan

Terlihat pasangan suami istripem

Membawa pikulan menuju sawah

Berjalan beriringan mereka berdua

Dengan wajah penuh gembira.

Hari ini ini hari memanen

Padi pada sawah sudah menguning

Memetik padi sepanjang hari

Penuh syukur di pada hati.

35. Penggembala Domba

Jika aku pulang ke desa

Aku rindu dalam anak gembala

Yang membawa kawanan domba

Jauh ke ladang mencari makan.

Dia sigap mengatur barisan

Bagaikan seorang komandan

Kadang rebah pada rerumputan

Sambil menatap kawanan.

36. Pepohonanku

Wahai pepohonanku

Tetaplah hijau & tumbuh

Memberi naungan kepada kami

Menyegarkan udara ini.

Daun-daunmu begitu hijau

Menyerap panas Mentari

Dahan-dahan mau begitu bertenaga

Tempat bermain bagi kami.

Wahai pohon

Jangan pernah kamu mengering

Lindungilah bumi kami

Dari bencana bernama banjir.

Seraplah air yang mencurah

Simpan pada akar-akarmu.

Jangan engkau membiarkan

Curahan air menciptakan tenggelam.

37. Alamku Sahabatku

Alamku adalah sahabatku

Tempat saya berdiam & tinggal

Dia sudah banyak menaruh

Apa yang aku butuhkan.

Jangan hujan nya beliau mencurahkan

Segenap air yg kami butuhkan

Dengan pepohonan yang beliau tumbuhkan

Kami menghirup kesejukan.

Dengan lautan yang dihamparkan

Kami berlayar mencari ikan

Dengan gunung gunung menjulang

Kami buat persawahan.

Dengan alam Tuhan memberikan

Segalanya yg manusia membutuhkan

Agar mereka bersyukur

Jangan hingga manusia kufur.

Kepada-Nya kita bersujud

Merendahkan diri ini

Menjadi hamba yang mengerti

Keagungan Ilahi Robbi.

38. Alam Yang Murka

Sampah-sampah mengotori

Sungai-sungai & lautan

Ikan-ikanpun mati

sang racun yg ditumpahkan.

Nelayan pun jadi kesusahan

Susah mencari ikan

Lautan menjadi murka

Sebab kelakuan manusia.

39. Dia Kala Senja

Berhembus angin dengan kencang

Melewati pepohonan

Pemandangan semakin indah

Saat senja sudah tiba.

Di senja ini aku berdoa

Di senja ini saya bersyukur

Di senja ini aku meminta

Agar selalu senang .

40. Lelah Senja

Begitu aku menikmati hari

Saat petang akan menjelang

Setelah sepanjang hari

Lebih raga berpetualang.

Telah saya memetik padi

Di hamparan sawah yang menguning

Semua lelah telah terbayar

Jangan yg kudapat ketika ini.

41. Padang Rumput

Dan angin pun berhembus kencang

Menerpa paras rumputan

Berkelana jauh berdasarkan samudera

Mengembara sepanjang zaman.

Aku titip sepenggal asa

Atau jiwa yg terluka

Pada angin dan pada senja

Yang mengembara ke Mayapada.

42. Puncak Gunung

Dari puncak ini

Ku temukan kedamaian diri.

Ada bentangan alam yang begitu sunyi

Puncak gunung yg amat tinggi.

Terasa diri amat mini

Di antara langit & bumi

Siapalah diriku ini

Tak pantas untuk menyombongkan diri.

43. Bencana Asap

Asap telah menjadi kabut

Kamu telah mengotori

Sesak nafas nafas kami

karena hutan terbakar api.

Hutan telah mereka musnahkan

Jangan panasnya barah Ambisi

Asap melanda pada kami

Dipicu orang-orang berdasi.

Margasatwa banyak yg meninggal

Pembakaran ini membawa rugi

Paru-paru kami rusak

Hidup semakin terbelangsak.

44. Bumi Indah

Perlahan-lahan senja pulang

Dibawa oleh cahaya surya

Berganti dengan malam yang kelam

Alam pun semakin sunyi.

Aku ingin melihat bintang

Yang selalu tiba saat malam

Juga beserta Rembulan

Cahayanya sejuk membahagiakan.

Senja memang selalu latif

Malam juga tak pernah kalah

Ketika pagi pecah

Bumi kita tetaplah indah.

45. Hamparan Pasir

Di bibir pantai

Aku memejamkan mataku

Melepaskan lelah dan letih

lelah jiwa menggerogoti.

Terjatuh saya di pasir putih

Maka kurebahkan tubuhku ini

Menatap langit Berawan putih.

Kadang Camar melayang-layang

Turun ia mengail ikan

Begitu indah lukisan alam

Syahdunya tak tergantikan.

Embusan angin begitu sejuk

Samar-samar ombak berdebur

Angin pun tiba membelai

Melepaskan segala resahku.

46. Bukit

Anak kecil si penggembala

Ia Merebahkan tubuhnya

Di atas rerumputan

Yang bersanding dengan ilalang.

Kadang matanya terpejam

Untuk melepas segala lelah

Menikmati hembusan alam

Terbawa mimpi yang sangat indah.

Di atas bukit yang amat tinggi

Ia labuhkan seluruh harapan

Bahwa tidak usang lagi

Kerjanya akan memberi kekayaan.

47. Menunggu Purnama

Tahukah Engkau wahai Rembulan

Aku menunggumu menjadi Purnama

Agar cahayamu kumandikan

Keseluruh Raga pada malam kelam.

Tahukah Engkau wahai Rembulan

Menatapmu membuka kenangan

Di masa kecil dahulu

Ketika aku ingin terbang kepadamu.

Engkau selalu latif

Dengan sejuknya cahaya

Akupun tidak pernah jemu

Menatapmu sepanjang saat.

48. Dari Hamparan Langit

Dari hamparan langit

Dari celah-celah awan

Turun jatuh ke wajah bumi

Dengan cara yang menawan.

Engkau meresap ke pada Bumi

Membasahi akar-akar

Mengusir debu-debu kemarau

Yang memecah tanah sawah.

Jika Tuhan telah mengirimkan

Hujan yang turun di musimnya

Pertanda tanah akan menghijau

Kembali hidupkan bumi.

49. Puisi Alam Pantai Yang Indah

Laut mendadak ramai

Saat insan pergi ke pantai

Bermain-main dengan riang

Dibawah Mentari bercahaya terperinci.

Laut telah mengirimkan

Ombaknya yang bergunung-gunung

Hingga pecah di tepi pantai

Memberi makna beribu-ribu.

50. Pantai pada pagi hari

Kala Mentari terbit

Di ufuk timur yang jauh

Kulihat kabut kabut lembut

Di antara ombak berdebur.

Burung-burung bernyanyi riang

Menyambut Mentari pada ujung sana

Anginpun mulai bertiup kencang

Menandakan datangnya kehidupan.

Ombak mulai berkejar-kejaran

Berlomba menuju Karang

Kadang menyapu perahu di tepi

Membuatnya bergoyang-goyang.

51. Oh Laut

Oh bahari

Deburmu aku rindukan

Gelombang saya nantikan

Gemuruhmu saya puisikan.

Oh bahari

Anginmu menenangkan

Birumu melapangkan

Pasirmu membahagiakan.

Oh Laut

Aku rindu kepadamu

Rindu itu membawaku

dalam kerinduan dalam Pencipta-Mu.

Puisi Kampung Halamanku

52. Rumahku Di Tepi Sungai

Teringat kampung halaman

rumahku di tepi sungai

banyak sekali pepohonan

mengusik kerinduan.

Sampan-sampan terapung

di sungaiku jauh di kampung

anak-anak pandai berdayung

bermain sampai petang.

Bangau-bangau terlihat terbang

ke sarangnya mereka pergi

pada antara langit yg memerah

sebab telah datang senja.

Walau pulang jauh merantau

kampung page selalu terkenang

terkenang jua pada surau

loka mengaji beserta sahabat.

53. Permainya Kampung Halaman

Gunung tinggi menjulang

sawah luas terhampar

suasana selalu hening

ladang terlihat amat permai.

Di sanalah aku dilahirkan

akbar dalam buaian

beserta mak tercinta

dihangatkan kasih ayah.

Biarpun jauh aku pergi

kampung page tak terlupa

rindu ini menggebu di hati

kadang memberi rasa nestapa.

Moga kampungku selalu tenang

bagaikan semilir anginnya

semoga kampungku selalu permai

bagaikan gemericik airnya.

54. ALAM DESA

Bukit di atas tanah

Tertutup kabut tipis

Hawa sejuk mentari cerah

Padang rumput menghijau cantik

Gemericik air di sungai terdengar halus

Halimun pagi menetes teduh

Air terjun mengguruh deru

Melaju membiru pantai

Sejuk asin hangat pesisir

Menerangi panorama desa

Mewarnai guratan alam

Mencipta latif alam desa

55. Pantaiku Kampung Halamanku

Di kampung halamanku

berjajar banyak bahtera

Di sanalah aku bermain

bersama ombak samudera .

Di kampung halamanku

orang-orang jadi nelayan

berangkat ke lautan

tanpa takut diterjang gelombang.

Aku adalah anak pantai

bermain pada bawah surya

kulitku hitam legam

menerjang ombak berderai.

56. Bunga-Bunga Mekar

Di kebunku yang sederhana

telah mengembang sekuntum kembang

menurut ranting-ranting bunga

datang kupu jua kumbang.

Latif sudah kembang berseri

mengembang di ekspresi dominan yg bersemi

kucintai sepenuh hati

kusiram setiap hari.

Puisi mengenai alam adalah puisi yang paling banyak dibentuk. Selain puisi cinta. Semoga menggunakan deretan puisi alam ini bisa memberi pandangan baru kepadamu.

Di bawah ini masih banyak lagi puisi lainnya. Semoga memberi manfaat buat kamu semua. Jangan lupa buat membaca puisi-puisi lainnya.

Sekarang saatnya engkau membuat puisi sendiri.

Referensi: Brainly.Co.Id -

https://brainly.Co.Id/tugas/564869

https://pantuncinta2000.Blogspot.Com/2020/04/puisi-tentang-pantai-buat-anak-sd-dua.Html

https://pantuncinta2000.Blogspot.Com/2020/04/puisi-senja-pada-tepi-pantai-singkat.Html

https://pantuncinta2000.Blogspot.Com/2020/03/45-puisi-pantai-nan-latif-elok -pada.Html