Kumpulan Puisi JENUH Menunggu, Pekerjaan, Kehidupan, Kesendirian

disebalik diam ada rindu yang berteduh,

disebalik rindu ada perasaan yang mengeluh,

disebalik perasaan ada luka yang melepuh,

dan aku mulai jenuh.

.

.

Jenuh adalah satu-satunya hal yang tidak kusuka. Ia kadang ada pada setiap tempat. Saat belajar, saat bekerja, bahkan di dalam cinta.

Puisi jenuh adalah puisi berisikan ungkapan kebosanan. Ditulis manakala perasaan serba salah dan menginginkan perubahan.

Kendatipun demikian, jenuh atau bosan tetap memberikan kebaikan. Karena ia bisa menjadi inspirasi bagi para penyair untuk menuangkan isi hatinya.

Para penyair bertugas untuk menerangkan perasaan manusia dengan kata-kata. Sehingga orang bisa berkata, “itu sebenarnya yang aku rasa.”

Begitu pula dengan kejenuhan. Apakah ia jenuh dengan kehidupan, kesendirian, ataupun pekerjaan.

Seorang penyair berkata,’

"Ketika Aku mulai diam dan tak peduli, itulah saatnya aku mulai benar - benar mundur dari kehidupanmu"

― Maaf aku jenuh

Puisi di atas menggambarkan jenuh yang berkombinasi dengan kekecewaan. Dan masih banyak lagi kenapa orang menjadi jenuh.

Daftar Isi

Puisi Jenuh Hidup

Puisi Jenuh Dengan Pekerjaan

Puisi Jenuh Dengan Kehidupan

Puisi Jenuh Dengan Kesendirian

Titik Jenuh

Puisi Pendek Jenuh

Bosan

Bosan Dengan Sikapmu

Kehampaan Hidup

Bosan Hubungan

Kelelahan

Tentang Ikhlas

Rasa Lelah

Puisi Jenuh Menunggu

Tidak semua orang jenuh kala menunggu. Yaitu mereka yang menunggu dalam cinta. Mengasihi dalam ketulusan.

Percayalah, saat wanita mencintaimu.

ia akan mencintai dengan utuh,

menerima dengan seluruh,

walau ia berkali-kali jatuh,

ia akan tetap tangguh.

ia akan menyabari mu dengan penuh.

jika kamu memintanya menunggu,

ia kan patuh, dan menunggu tanpa

jenuh.

~ alunan puisi.

1.1. Kusemogakan

Semoga kau segera datang.

Aku telah letih menunggu.

Lama sekali, seorang diri.

Aku selalu berharap,

Bahwa harapanku tidak hilang.

Kusembunyikan rasa takut

Sekiranya kau tak pernah kembali.

Kutepis semua itu

Sebab kamu memiliki nama

Yang slalu kesemogakan

Dalam doaku.

1.2. Jenuh Dengan Semua Ini

Lama sudah

Menanti agar kau berubah.

Nyatanya,

Antara kau dan aku

Hanya saling memberi luka.

Aku mulai jenuh

Bahkan sangat jenuh

Dengan semua ini.

Tak ingin lagi

Melukai hatimu

Tapi bagaimana caranya

Sedangkan caramu

Selalu membangkitkan amarahku.

Sabarku telah menipis.

1.3. Sampai Kapan?

Terlalu lama

Kau memaksaku

Untuk menunggu.

Sampai kapan?

Sampai cintaku habis

Ataukah sampai usiaku menipis?

Jika kau tak berniat,

Biarlah aku memberikan

Kebahagiaan ini untuk yang lain.

Jenuh.

puisi kecewa bosan dan lelah

1.4. Cukup Sudah

Cukup sudah waktu yang kuberikan

Berhari-hari, berminggu-minggu,

Bertahun lamanya.

Kau pinta diriku untuk menunggu.

tapi kau tak pernah memberi pasti.

Ya sudahlah.

Aku menyerah.

Puisi Jenuh Hidup

Apa yang membuat jenuh dengan kehidupan? Hidup ini begitu indah. Kamu bisa menemukan cinta sejati. Membangun istana rindu. Atau sekedar menikmati gerimis di pagi hari.

Jadi jangan jenuh. Ombak laut masih berdebur di tepi pantai. Langit membentang luas. Dan para bucin masih memberikan cerita lucu.

Kamu bukan jenuh hidup melainkan tak sabar dengan kesulitan hidup. Maka sabarkan hatimu. Dalam sabar ada banyak kebaikan.

2.1. Sepi Mendalam

Sepi ini begitu sakit

Sepi ini sangat menusuk.

Sampai-sampai hilang rasa

Tak mengerti akan bahagia.

Jadi apa yang harus kulakukan

Dengan segala rayu kehidupan?

Sedangkan ia hanya mencemooh

Diriku yang lelah dan hampir kalah.

Mungkin bangkit itu yang terbaik

Seperti kata seorang sahabat.

Bahwa hidup kan berputar

Kadang di atas kadang di bawah.

Tak ada yang abadi

Di dunia ini.

Termasuk sedih

Ia akan musnah

Berganti.

2.2. Lelah

Hari-hari hanya lelah

Mengais harapan di kehidupan.

Bercampur kecewa, takut, cemas

Dan harapan yang selalu bersembunyi.

Tapi biarlah kaki ini melangkah

Tangan ini bekerja.

Suatu hari nanti

Ia pasti bertemu takdirnya.

Lelah ini menjadi indah

Saat dikenang nanti.

Derita ini menjadi cerita

Yang kan diselingi renyah tawa.

Lelah pun berlalu.

2.3. Tenang Pasti Datang

Hari demi hari

Telah kulalui.

Derita demi derita

Telah kulewati.

Hinaan dan cemoohan

Telah aku terima.

Aku tak pernah menyerah

Meskipun jiwa terasa lelah.

Aku terus berjalan

Meski kaki mulai sakit.

Sebab aku percaya

Suatu hari kelak

Matahari bersinar terang

Pagi kan pecah

Dan senja tampak indah.

Sebab aku tahu

Setelah badai menghantam

Pasti datang masa tenang.

2.4. Menyerah Pasti Kalah

Aku jenuh dengan hidup

Dengan dunia yang hiruk pikuk.

Dengan omongan manusia

Yang tak memperhatikan rasa.

Aku ingin kecewa

Dengan semua yang ada di dunia.

Namun apa yang kudapatkan

Bila kecewa kuturuti.

Hanya lelah.

Lelah itu membawa diri

Pada lembah menyerah.

Lalu pasti aku kalah.

Maka hari ini

Aku bangkit.

Puisi Jenuh Dengan Pekerjaan

Kamu tahu, bukannya aku lelah menemanimu. Hanya saja aku sedang fokus membangun masa depan. Ada banyak pelajaran yang harus pelajari, buku-buku yang harus kubaca, dan pekerjaan yang harus kuselesaikan.

Kamu tahu, jika aku membiarkan diriku bersenang-senang di hari ini, bisa jadi kita kan dipaksa bekerja keras.

Aku tak mau begitu.

Lebih baik berletih-letih di hari ini, banyak waktu untuk bahagia di hari esok. Mana mungkin ketika kau bersamaku kamu justru menanggung derita hidup.

Memang aku begitu jenuh dengan pekerjaan ini. Kalau boleh berterus terang, kadang akupun lelah. Jenuh. Dan ingin lari dari semua kenyataan.

Itu bukan solusi.

Justru inilah saat-saat aku harus membunuh kejenuhan. Seandainya tidak bersabar dengan segenap jenuh ini, aku tak tahu kesulitan apa yang esok bisa menimpaku, menimpa kamu, menimpa kita berdua.

Tetapi... izinkan aku meluahkan segala beban jenuh ini. Bukan padamu. Kuluahkan lewat puisi yang hanya rangkaian kata.

Dengan puisi-puisi jenuh akan pekerjaan ini, semoga kamu pun belajar mengerti. Bahwa setiap waktu yang kugunakan sesungguhnya adalah investasi kebahagiaan di masa depan.

Kamupun harus mendidik diri untuk bersabar. Bisa jadi ini bukan saat yang tepat untuk kita bermanja-manja. Maka dari itu, mengertilah.

3.1. Merangkai Kerja

Mari merangkai kerja

Dalam sunyi dalam sepi.

Meski tak seorangpun melihatnya

Cobalah ikhlas dalam hati.

Bekerja di dalam sunyi

Itu memang membuat lelah.

Apalagi tak ada yang percaya

Dengan impian yang jadi cita-cita.

Teruslah bekerja

Hingga suatu hari kelak

Mata orang terbelalak

Melihatmu sukses dalam kerja.

3.2. Tunaikan Tugasmu

Tunaikan tugasmu tanpa banyak bicara. Bekerjalah dalam hening. Selesaikan tugas sebagai seorang manusia.

Bekerja adalah tugas kita. Jangan pikirkan bagaimana hasilnya. Siapa yang tekun bekerja, hasil mendatangi dengan sendirinya.

Untuk apa mencemaskan hasil. Cemaslah jika kamu tak bekerja dengan baik. Sebab saat kerja tak baik, hasil buruk yang kau dapatkan.

Bekerjalah dalam damai

Seperti air bukit yang mengalir.

Tiada henti mencari jalan

Menuju tempat bersemayam.

Tunaikan tugas sebagai insan

Seperti bunga di tengah hutan

Meski tiada mata yang melihat

Tetap saja ia bermekar.

Tunaikan saja tugasmu

Bagai pohon yang bertumbuh

Bila tiba saatnya kelak

Banyak pula yang mendatangimu.

3.3. Jenuh Sekali

Jenuh sekali kurasa

Lelah sekali aku bekerja

Istirahat yang kupinta

Rebah santaikan jiwa raga.

Jenuh sekali

Membuat otak tak berpikir

Ah sudahlah.

Aku ingin istirahat

Tinggalkan ini semua.

Puisi Jenuh Dengan Kehidupan

Apa yang kudapatkan dari kehidupan ini? Hanya sepi dan duka lara. Harapan dipertemukan dengan kekecewaan. Impian selesai pada kehampaan.

Kecewa memang. Hanya saja kekecewaan tak membuat hidup menjadi lebih baik. Justru semakin terpuruk.

Lalu seorang sahabat berkata padaku, “Kalau hidup akan selesai pada akhirnya, kenapa dirasa sepedih rasa? Bukankah bersyukur lebih bermakna, untuk dunia dan akhirat kita?”

Maka akupun tersentak. Bagai seorang bayi yang terkejut dari kepulasan tidurnya.

Puisi jenuh dengan kehidupan ini hanyalah sedikit memori, di saat aku terjatuh dahulu. Agar kusyukuri betapa hari ini kejatuhan itu adalah cara Allah meninggikan derajat.

4.1. Malam Dalam Keletihan

Malam telah kembali

Turun di antara keletihan

Merayap dalam sepi

Menyapa jiwa sunyi.

Langkahku gontai

Ingin rasanya tak pulang

Sebab kepalaku terlalu banyak beban.

Ingin rasanya menangis

Tetapi bagaimana?

Air mataku telah kering.

Di antara kegelapan malam

Di antara kesusahan

Jiwaku menjerit

Memohon kepada-Nya

Agar segera diangkat segenap duka lara.

4.2. Merangkai Mimpi

Seorang laki-laki

Di persimpangan jalan.

Ia ingin pulang

Sebab senja mulai datang.

Wajahnya kuyu

Telah redup cahaya kehidupan

Bagai redupnya senja yang tampak kelam.

Pagi tadi, ia berkata istrinya

Bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Padahal beras telah habis

Uangpun sangat tipis.

Senja ini ia harus pulang

Menemui istrinya yang menunggu

Apa yang harus dibawa

Sedangkan tangannya masih hampa?

Puisi Jenuh Dengan Kesendirian

Apalagi yang lebih menyusahkan daripada hidup dalam kesendirian? Meskipun punya banyak hal, ketika dalam kesendirian, rasanya kurang sempurna.

Berbeda dengan orang yang hidupnya dihangatkan oleh kebersamaan. Ia bekerja dan berjuang untuk orang yang ia cintai. Memberi jauh lebih membahagiakan daripada mendapatkan.

Hidup ini membuat bosan apabila tiada

5.1. Dipeluk Sepi

Sedihnya saat dipeluk sepi

Karena hidup selalu sendiri.

Tahukah kamu

Hidup ini butuh kebersamaan

Bahkan saat tertawa

Kita perlu teman.

Sedangkan aku?

Sendiri dari dahulu

Masih setiap menunggu

Sungguh aku telah jenuh

Hidup dalam kesendirian

Adakah datang

Seseorang teman,

Teman menjalani kehidupan.

5.2. Sepi Ini Setia Sekali

Sepi ini kenapa setia sekali,

Menemani diri

Padahal aku bosan.

Pergilah sepi,

Datangkan saja teman sejati

Yang rela menemani

Dalam suka maupun duka.

Rindu diriku

Pada hangat persahabatan

Antara dua insan

Yang liputi api cita.

5.3. Bosan Dengan Hubungan Ini

Apa lagi yang harus dipertahankan,

Jika sama-sama tak mau mengalah.

Padahal dulu kita saling berjanji

Agar tak menyerah dengan hubungan ini.

Ah, kelelahan ini

Membuatku menyerah

Kita sama-sama bosan

Menjaga hubungan yang begitu rapuh.

Mungkin saja,

Hubungan ini memang salah.

Ada benih-benih dosa

Yang dipelihara.

5.4. Rasa Lelah

Apa yang membuat kamu lelah?

Sendiri. Ya, aku lelah sebab kesendirian ini.

Kadangkala

Ingin rasanya menyeruak

Ke luasnya kehidupan:

Menemukan cinta.

Ah, tapi itu sia-sia.

Kamu, dan orang-orang semisalmu

Hanya mengerti tentang rasa sendiri.

Sangat bodoh

Memahami rasa orang lain.

Egois?

Itu kamu.

Lebih baik sendiri

Dalam sunyi merenung

Bila saatnya tiba

Pasti kan datang jua

Seseorang yang memang setia.

5.5. Bosan Dengan Sikapmu

Bosan sudah dengan sikapmu

Yang datang ketika susah

Berlalu pergi saat bahagia.

Kau kira siapa aku?

Aku bukan rumah

Tempat kau singgah

Sesuka hatimu.

Aku bukan batu karang,

Yang diam saat dihantam badai.

Hari ini

Mulai hari ini

Kuizinkan kau pergi.

Jangan pernah kembali.

5.6. Tentang Ikhlas

Segalanya berjalan dalam takdir. Begitu pula dengan segenap musibah. Tidak satupun kecuali sudah ditetapkan untukmu.

Tidak pula kebahagiaan, segalanya sudah tercatat untukmu.

Maka usah bersedih saat musibah menimpa. Usah terlalu gembira saat diberi bahagia. Bersyukurlah atas kebaikan ini.

Ikhlas-lah menerima takdir-Nya. Setiap kesulitan laksana obat. Ia tak kita sukai. Namun ia kita perlukan.

Meski susah, meski pahit, pedih, perih...suatu saat nanti kamu akan mengerti. Semua itu menghantarkanmu pada satu kebahagiaan, yang belum kau mengerti di hari ini.

.

.

Supaya tidak jenuh, ada puisi lainnya di sini. Cobalah buka satu atau dua saja. Kalau tak suka puisinya, kamu juga bisa pantun.

Jangan sampai jenuh berketerusan. Cukuplah jenuhnya diungkapkan lewat puisi jenuh di atas.

Atau pergilah ke satu tempat yang inspiratif. Di sana cobalah merenung, atau meresapi segenap rasa.

Setelah puas, maka segala yang bernama kejenuhan, kebosanan, dan kelelahan akan berakhir.

Ingatlah, di dunia ini tidak ada yang abadi. Termasuk kesedihan, kebosanan, kekecewaan, atau apapun itu, tidak ada yang abadi.

Jika hati terasa hampa, pergilah beribadah. Ingatlah Tuhan Yang Maha Kuasa. Berdekat-dekatan dengan Tuhan sudah membuat hati semakin tenang.

Hiduplah dalam kebenaran. Jalani kebenaran itu meskipun pahit. Pahit hanya pada awalnya saja. Sedangkan di akhir nanti, akan menjadi manis semanis madu.

Dengan berada dalam kebenaran, hati yang jenuh berubah menjadi bahagia. Dada yang sempit berubah lapang.

.

.

Jauh sudah aku melangkah

Menghabiskan usiaku

Bukan bosan dengan perjalanan

Hanya ingin berhenti sejenak.

Merasakan recik-recik air

Biar segar tubuhnya yang letih.

Esok tatkala embun turun

Kita langkahkan lagi

Perjalanan ini.

.

.

Kamu dan aku

Adalah dua insan

Yang kan menyatu

Dalam mimpi

Yang sangat indah

Maka,

Jangan jenuh.